Analisis dan Kritik Sastra Film “Soegijapranata”




Identitas Film :
Judul : Soegija
Jenis Film : Drama, Biografi
Produser : Murti Hadi Wijayanto, Djaduk Ferianto, Tri Giovanni
Sutradara : Garin Nugroho
Penulis Naskah : Armantono & Garin Nugroho
Durasi Film : 116 menit
Perusahaan Film : Studio Audio Visual Puskat

Sinopsis Film  :
Film ini ingin melukiskan kisah orang-orang yang saling kehilangan orang yang dicintainya serta suka duka para pribumi maupun orang yang terlibat dalam  perang kemerdekaaan bangsa Indonesia.  Soegija adalah  menjadi uskup pribumi pertama dalam Gereja Katolik Indonesia. Baginya kemanusiaan itu satu, kendati berbeda bangsa, asal-usul, dan ragamnya. Dan perang adalah kisah terpecahnya keluarga besar manusia. Ketika Jepang datang ke Indonesia , Mariyem terpisah dari Maryono, kakaknya. Ling Ling terpisah dari ibunya.
Perpisahan itu tidak hanya dialami oleh orang-orang yang terjajah, tetapi juga oleh para penjajah. Nobuzuki, seorang tentara Jepang dan penganut agama budha, i tidak pernah tega terhadap anak-anak, karena ia juga punya anak di Jepang. Robert, seorang tentara Belanda yang selalu merasa jadi mesin perang yang hebat, akhirnya juga disentuh hatinya oleh bayi tak berdosa yang ia temukan di medan perang. Ia pun rindu pulang, ia rindu Ibunya.
Di tengah perang pun Hendrick menemukan cintanya yang tetap tak mampu ia miliki karena perang. Soegija ingin menyatukan kembali kisah-kisah cinta keluarga besar kemanusiaan yang sudah terkoyak oleh kekerasan perang dan kematian.

Amanat/ Nila-nilai yang dapat diambil dari Film ini.
Amanat yang terkandung dalam Film ini cukup banyak yaitu           :
1.      Kita harus berjuang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Terkadang memang harus ada yang dikorbankan untuk mencapai keinginan kita itu.
2.      Kita tidak boleh berlaku diskriminasi terhadap sesama. Jadikan Perbedaan Agama, Ras dan suku bangsa sebagai keanekaragaman. Bukan sebagai penghalang terbentuknya persatuan dan kesatuan.
3.      Kita harus bersatu untuk mendapatkan kemenangan yang besar.
4.      Film ini mengajarkan kita untuk memiliki jiwa Nasionalisme yang besar serta rasa cinta tanah air yang mendalam terhadap bangsa Indonesia.
Kekurangan & kelebihan dalam Film Ini.
Kekurangan     :
1.      Sosok Soegija pada cerita tidak terlalu jelas, karena sosoknya hanya terjadi dibeberapa adegan sehingga membuat karakter Soegija tidak merekat kuat.
2.      Begitu banyak pemain dalam film ini membuat film ini tidak memperlihatkan satu pemain pun yang mendominasi penceritaan.
3.      Pada pemutaran film Soegija tokoh Soegija tidak diperankan secara gamblang. Penggambaran Soegija hanya berupa potongan-potongan adegan, foto, bahkan puisi Soegija yang dia tulis pada masa itu yang terinspirasi dari Soegija.
Kelebihan                    :
  1. Film yang lebih mengangkat aspek kemanusiaan yang universal ketimbang aspek agama.
  2. Tata artistik yang mampu memikat penonton serta pemilihan kostun dan tempat untuk setiap adegan film begitu pas dengan keadaan negara pada masa tahun 40-an.

Sinopsis Novel Siti Nurbaya


 Novel Angkatan Sebelum Kemerdekaaan

Identitas Novel
Judul Novel                 : Siti Nurbaya
Sub Judul                    : Kasih Tak Sampai
Pengarang                   : Marah Rusli
Penerbit                       : Balai Pustaka
Tahun Terbit                : 1922 (cetakan pertama)
Tempat Terbit              : Jakarta
Kategori                      : Fiksi
Tebal Halaman            : 271 Halaman


Sinopsis
Novel ini menceritakan kisah cinta segitiga antara Siti Nurbaya, Samsul Bahri anak seorang Penghulu yang cukup terpandang di Padang dan Datuk Maringgih Saudagar Tua yang kaya raya dan Serakah. Semula Siti Nurbaya hidup cukup memprihatinkan bersama Baginda sulaiman seorang ayah yang sangat dicintainya ketika ibunya baru saja meninggal. Tapi akhirnya ayahnya bisa bangkit dari keterpurukan dengan berbekal kerja keras dan pinjaman modal dari seorang rentenir dan saudagar yang kaya raya bernama Datuk Marinnggih akhirnya Baginda Sulaiman menjadi pedagang yang cukup terkemuka di Padang

Di Siang yang terik itu dua sejoli yang bernama Samsul Bahri dan Siti Nurbaya berteduh berteduh sembari menunggu Pak Ali yang biasa menjemput mereka berdua dengan Bendinya di bawah pohon yang rindang di depan sebuah gedung sekolah milik Belanda. Ketika Pak ali datang mereka berdua bergegas pulang dan melanjutkan perbincangan mereka dalam perjalanan pulang. Sesampainya di rumah, Samsul Bahri melihat ayahnya yaitu Sultan Mahmud sedang menjamu Datuk Maringgih Itulah awal perjumpaan Datuk Maringgih dan Siti Nurbaya yang membuat  Datuk Maringgih mempunyai ambisi tersendiri terhadap Siti Nurbaya.

Cinta Siti Nurbaya kepada Samsul Bahri harus terpisah jarak ketika Samsul Bahri dan Kedua temanya yaitu Arifin dan Bakhtiar memutuskan untuk menempuh pendidikan di Jakarta. Kesedihan dan Kegundahan tampak selalu menyelimuti Hatinya.  Terlebih lagi ketika Kios-kios ayahnya ludes terbakar akibat ulah Datuk Maringgih yang menyuruh anak buahnya untuk membakar kios tersebut karena Datuk Maringgih tidak suka melihat ada usaha orang maju selain dirinya. Baginda Sulaiman rugi besar karena selain kios-kiosnya terbakar pelanggan-pelanggan nya dulu pun juga enggan berurusan dengannya lagi karena dihasut dan diancam Datuk Maringgih. Akhirnya Baginda Sulaiman memumtuskan untuk meminjam uang kepada Datuk Maringgih sebesar 10.000. dan akan dikembalikan dalam jangka waktu 5 bulan. Uang itudipakai Baginda Sulaiman untuk memulai usahanya kembali. Akan tetapi selama tiga bulan itu usahanya selalu rugi sehingga habislah uang itu. Saat itulah Baginda Sulaiman baru tahu bagaimana hati Datuk Maringgih kepadanya. Datanglah Datuk Maringgih menagih hutang, akan tetapi Baginda Sulaiman belum bisa membayarnya. Dan Diapun meminta waktu 1 minggu lagi untuk melunasinya. Dengan susah payah akhirnya disetujuinya dengan syarat apabila Baginda Sulaiman tidak bisa membayar,rumah dan barang-barang akan disitanya dan tetapi apabila Siti Nurbaya diberikan kepadanya Baginda Sulaimanpun boleh membayar kapanpun, jika ada uang. Baginda Sulaiman akan dimasukan ke dalam penjara waktu satu minggu pun telah habis. Karena tak tega melihat ayahnya dipenjara dan karena besarnya rasa cinta terhadap ayahnya akhirnya Siti Nurbaya mau dipersunting Datu Maringgih meski dengan berat hati.
                Ketika libur puasa tiba Samsul Bahri pulang ke Padang. Mendengar Baginda Sulaiman sakit Samsul Bahri pun menjenguknya disana ia bertemu dengan Siti Nurbaya.  Baginda Sulaiman berkata kepada Samsul agar Ia menjaga Nurbaya setelah Ia meninggal nanti. Setelah itu Nurbaya hendak mengantarkan Samsul pulang akan tetapi mereka terhenti dan duduk di kursi dekat pohon di depan rumah Nurbaya. Mereka berbincang-bincang, tiba-tiba muncul Datuk Maringgih. Terjadilah kesalah pahaman antara Datuk Maringgih dan Samsul Tiba-tiba datanglah masyarakat untuk melihat apa yang terjadi, tak lama kemudian Ayah Samsul Sutan Mahmud Syah untuk melerai perkelahian ini, saat itu Baginda Sulaiman keluar dan terjatuh, seketika itu pula Ia meninggal dunia. Menangislah Nurbaya dan Samsul pun diusir oleh Ayahnya. Lalu samsul pergi kembali ke Jakarta.
Mendengar  Samsul pulang ke Jakarta Nurbaya memutuskan menyusulnya. Rencana ini diketahui Datuk Maringgih anak buah Datuk Maringgih sehingga ia memfitnah Siti Nurbaya dan Pak Ali orang yang mengantar Siti Nurbaya  telah mencuri uangnya. Nurbaya dan Pak Ali disuruh pulang ke Padang untuk menyelesaikan masalah tersebut karena Nurbaya sedang sakit maka Ia dibawa ke rumah sakit di Jakarta. Setelah beberapa hari akhirnya Nurbaya sehat kembali. Setelah sampai di rumah RT ( tempat sementara Nurbaya tinggal di Jakarta), lalu Samsul menceritakan apa yang erjadi. Nurbaya sangat sedih, untuk menghibur Nurbaya lalu Samsul menajak Nurbaya berjalan-jalan. Keesokan paginya Nurbaya dan Pak Ali pulang ke Padang untuk menyelesaikan masalah itu. Dan ternyata Nurbaya dan Pak Ali tidak bersalah, akan tetapi Datuk Maringgih tidak mendapat hukuman karena Ia saudagar yang kaya raya di Padang. Paginya Nurbaya sedang berbincang-bincang di teras rumah dengan paman, Bibi, serta sepupunya. Saat itu lewatlah tukang kue dan Nurbaya membeli 4 buah kue lemang. Pamannya masuk ke dalam rumah dihabiskannya semua lemang itu karena Bibi dan Sepupunya itu sedang tidak ingin makan lemang. Bibinya menyuruh untuk merapikan teras. Saat Nurbaya dan Sepupunya berjalan masuk ke dalam rumah tiba-tiba Nurbaya jatuh, lalu diangkatlah Ia ke kamarnya dan Ia meminta Sepupunya untuk memijit kepalanya lama-kelamaan Ia tertidur dan nafasnya pun sudah tidak ada lalu sepupunya menjerit dan Paman dan Bibinya datang, ternyata Nurbaya pun sudah meninggal. Mereka pun menangis. Tukang kue tadi ternyata anak buah Datuk Maringgih, yang hendak membunuh Nurbaya dan mencampurkan racun ke lemang tadi karena mendengar Nurbaya meninggal Ibu Samsul pun meninggal dunia. Mereka berdua dikuburkan di gunung Panjang dekat dengan kuburan ayah Siti Nurbaya. Saat mendengar berita kematian 2 wanita yang dicintainya, Samsul merasa sangat sedih. Setelah mengirim surat permohonan maaf untuk ayahnya ia bunuh diri dengan menembakan pistol ke kepalanya.
Di Padang sebelum kedatangan para Tentara Belanda, pemerintah Padang sedang bermusyawarah tentang masalah uang Belasting. Dalam musyawarah itu Datuk Maringgih berusaha untuk menghasut  masyarakat yang lain agar tidak membayar uang belasting. Datuk Maringgih berhasil menghasut mereka, dan mereka menyatakan akan melawan para Tentara Belanda.
                Tibalah  kapal yang ditumpangi Tentara Belanda tiba di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Samsul yang disangka orang-orang telah meninggal karena peristiwa bunuh dirinya itu datang lagi ke padang dengan identitas baru sebagai Letnas dengan menyewa bendi datang ke gunung Padang melihat makam Nurbaya, Siti Maryam, dan Baginda Sulaiman. Setelah melihat dan menangis di atas makam, pulanglah Letnan Mas. Malamnya orang-orang yang memakai pakaian serba putih sedang berkumpul, bermusyawarah tentang bagaimana menyerang para tentara Belanda. Tatkala kelihatan para tentara Belanda datang, gemparlah mereka mencari senjata. Setalah diminta baik-baik oleh tentara Belanda untuk menyerahkan diri tidak didengar oleh pemberontak, akhirnya perang terjadi. karena kalah para pemberontak melarikan diri para tentara mengejarnya. Saat Letnan Mas mengejar terlihat seorang yaitu Datuk Maringgih. Tetapi saat Datuk Maringgih melihat Letnan Mas dia terkejut, karena Dia sangat mirip dengan Samsul Bahri. Datuk maringgih mengarahkan parangnya ke arah Samsul begitu pula Samsul, ia mengarahkan Pistolnya ke kepala Datuk Maringgih. Mereka berdua meninggal karena luka mereka masing-masing. Sebelum meninggal di rumah sakit Letnan Mas meminta agar ia dipertemukan dengan ayahnya. Akhirnya Letnan Mas dipertemukan dengan Sutan Mahmud. Sutan Mahmud sangat terkejut karena Letnan Mas mirip dengan anaknya Samsul Bahri dan  menyesali perbuatanya setelah dijelaskan siapa sebenarnya Letnan Mas dan kronologisnya oleh dokter. Letnan Mas meninggal dan dimakamkan di antara makam Nurbaya dan siti Maryam.

Contoh Essay Bebas


ini juga bukan catatan tentang gue loh, lebih tepatnya ini essay bebas yang nggak sengaja gue buat pas lagi nggak ada kerjaan. eh kebetulan temanya sesuai sama Lomba essay yang diadakan Lembaga Pers Mahasiswa di Kampusku. oh iyya selamat membaca essay ku ;), biar jelek begini essay gue menang sebagai juara harapan pertama loh. dan saya cukup senang tulisan saya yang jelek ini diapresiasi oleh orang lain :)

Menjadi Mahasiswa Ala Sinetron, Kenapa Tidak ?
Oleh : Asa Fiqhia

Kalian pasti sering melihat kehidupan mahasiswa di Sinetron, Drama ataupun Film baik dari dalam Negeri maupun luar Negeri seperti Korea, Thailand, Amerika dan lain-lain. Menyenangkan bukan ? Yupps, Kehidupan para remaja di kisah - kisah tersebut seperti sangat menarik untuk kita simak. Apalagi jika yang menikmati kisah tersebut adalah remaja - remaja SMA yang belum merasakan bangku perkuliahan, Mereka akan cenderung membayangkan kalau menjadi mahasiswa itu sangatlah keren dan  menyenangkan seperti dalam kisah - kisah yang mereka tonton. Ya walaupun mereka juga sering mendengar para mahasiswa mengatakan bahwa “Masa yang paling indah adalah masa - masa SMA”. Kenapa saya bisa bilang begitu ? bagaimana tidak, dalam kisah - kisah tersebut kita akan melihat bagaimana pun sang tokoh utama dalam cerita  itu begitu sibuk dengan urusan asmara nya yang sangat rumit, panjang, dan sering membuat galau pemeran utama sampai beratus-ratus episode, tetap saja jika ada Tugas, Ujian tengah semester dan Ujian Semester sang tokoh utama akan berhasil meraih hasil yang memuaskan. Well walaupun sering nya kita melihat mereka  hanya belajar ketika mendekati hari - hari ujian. Tokoh utama dalam kisah tersebut nyaris tak memiliki cacat dalam menjalani kehidupan dalam perkuliaha nya. Pintar, Baik, Aktivis, Populer, banyak teman dan memiliki wajah yang rupawan, apa lagi yang kurang coba ? Tokoh utama dalam kisah tersebut selalu bisa menjadi cerminan anak-anak SMA untuk menjadi Mahasiswa Ideal nanti nya.
Lalu apa sih sesungguh nya yang dimaksud dengan Mahasiswa Ideal itu ??? tentu definisi ideal tiap orang berbeda - beda. Ada yang berpendapat mahasiswa ideal itu hanya sekedar mahasiswa yang berprestasi di bidang akademik. Ada yang berpendapat mahasiswa ideal itu mahasiswa yang populer dan aktif berorganisasi. Ada pula yang berpendapat bahwa mahasiswa ideal itu adalah mahasiswa yang kuliah dengan hasil keringatnya sendiri, artinya si mahasiswa itu kuliah sambil berbisnis dan mencari kesuksesan dalam bidang wirausaha. Kalau menurut saya pribadi definisi mahasiswa ideal itu ya nggak muluk – muluk, Mahasiswa ideal adalah Mahasiswa yang pintar membagi waktu. Sederhana sekali bukan ??? tapi susah dijalanin L. Jangan dikira urusan membagi waktu itu urusan yang sepele ya !!! jika kita ingin menjadi mahasiswa yang ideal kita harus memanage waktu dengan baik, artinya waktu kita untuk kuliah, berorganisasi, bermain, istirahat dan belajar harus seimbang. Ingat hidup mu itu tidak seperti tokoh utama dalam sinetron yang kebanyakan cinta - cintaan nya tapi prestasi akademiknya tetap bagus. Jangan pula terlalu berharap agar kisah hidup mu seperti tokoh utama dalam FTV, bersyukurlah ! meski kisah hidupnmu tak selalu berakhir bahagia seperti FTV setidak nya hidup mu tak hanya bisa kamu nikmati selama dua jam seperti durasi FTV tersebut ( ceillahh sok banget gue :3).
Sebenar nya kita boleh saja meniru kehidupan perkuliahan ala mahasiswa sinetron, FTV, Drama Korea, dan sebagai nya. Tapi ingat tirulah yang baik - baik saja ya J misalnya selalu sabar dalam menghadapi masalah, selalu ramah terhadap teman -  teman nya, berprestasi dalam bidang akdemik, aktif berorganisasi, baik hati, tidak sombong, rajin menabung, suka menolong,,,,, ( cukup - cukup !!! Nggak sesempurna ini juga kalikk L ) yah pokok nya jadilah mahasiswa sesempurna yang kita bisa jangan hanya sekedar jadi mahasiswa yang punya sistem D3 ( Datang, Duduk, Diam ) di kelas atau menjadi mahasiswa Kupu – Kupu ( Kuliah Pulang Kuliah Pulang ) apalagi sampai bercita - cita menjadi  pacar Mahasiswa Serigala ataupun Mahasiswa Harimau :3 ( Sekali lagi ingat hidupmu itu tidak seperti di Sinetron :o ). Ya tentu kita sebagai mahasiswa yang cerdas haruslah bisa mencontoh yang baik – baik, sedang yang buruk kita jadikan sebagai bahan pelajaran. Yah walaupun miris juga sih kebanyakan mahasiswa seringkali hanya mencontoh yang Alay-alay saja ( termasuk saya T_T ) dan mencontoh apa yang dianggap gaul dimata mereka. Ingat gaul itu tidak harus yang kalau berangkat kuliah selalu memakai sepatu sneaker model terbaru, pakai kemeja merk ternama, rambut dibuat model ala boy band, dan pakai skinny jeans yang super ketat seketat leging cabe-cabean :v, dan pakai kacamata berframe besar. Gaul itu tidak harus pula yang kemana – kemana bawa Kamera DSLR di leher, bawa dua hape ( plus tongsis ), yang satu smartphone super canggih keluaran terbaru, yang satunya lagi hape low profile buat sms.an. Gaul itu juga tidak harus yang ketika foto pakek Lensa Fish eye plus aplikasi Camera 360 yang bikin kulit jadi super putih, yang saking putihnya yang hidung nya pesek nggak kelihatan, apalagi yang pakai efect sexy lips terus pose nya bibir dimanyun – manyunin gituh, terus anglenya diambil dari atas :o (iyuhhhh :v). Ingat itu bukan gaul tapi ALAY, yang kesindir maaf  O:) saya juga kadang – kadang gitu kok :D :D :D yahhh maklumlah remaja tingkat akhir alay dikit nggak apa – apa lah masih bisa dimaklumi J toh semua manusia pasti mengalami masa - masa Alay.
Meskipun menjadi Mahasiswa Ideal sangatlah susah, kita harus tetap selalu berusaha mempersembahkan yang terbaik. Ingatlah ada banyak orang - orang  yang selalu mendukung kita menunggu dengan sabar kesuksesan kita. Orang tersebut tidak hanya kekasih anda yang selalu setia meng-sms anda setiap hari untuk mengingatkan makan tapi lupa mengingatkan minum ( seret brohhh ), yang selalu mengingatkan anda sholat tapi belum serius untuk menjadikan sholat kalian selalu berjamaah nantinya ( cieee...), yang selalu bangga menggandeng tangan kalian kemana - mana padahal nantinya belum tentu gandengan di pelaminan ( bisa aja cuma salaman ), yang selalu mengatas namakan langit dan bumi sebagai saksi cinta kalian berdua yang padahal mungkin nantinya dia hanya bisa jadi saksi akad nikah mu dengan jodoh mu yang telah dituliskan tuhan. Intinya orang yang benar – benar mendukung kalian itu tidak harus yang selalu membuat hape anda berdering seperti operator selular yang selalu mengingatkan tentang masa tenggang dan sisa kuota anda yang mau habis. Tapi orang - orang tersebut adalah orangtua anda, yang doa nya senantiasa terpanjat setiap hari selalu mendatangkan keajaiban untukmu, mengubah yang semula tidak mungkin menjadi tidak mungkin. Membangun  karakter dan merawat anda semenjak anda kecil tanpa rasa pamrih. Mungkin bagi kalian yang masih tinggal bersama orangtua atau kalian yang anak Kos tapi belum merasa kesulitan terhadap keuangan belum merasakan pentingnya orangtua. Tetaplah semangat untuk menjadi mahasiswa ideal walaupun banyak tugas menderamu dan kamu merasa sangat – sangat capek dibuatnya, ingatlah orangtuamu lebih capek daripada kamu, mereka bekerja memeras keringat supaya kamu bisa kuliah dengan nyaman tanpa merasa khawatir tentang persoalan biaya hidup mu di perantauan.
Jadilah mahasiswa Ideal, ikutlah organisasi kemahasiswaan yang dapat melatih softskill anda. Ukirlah senyum kebanggaan karena telah memiliki putra – putri sepertimu di wajah orang tua anda. Fighting kawan  !!!! bermimpi mempunyai kehidupan ala mahasiswa di sinetron sah-sah aja kok. Tapi contohlah apa yang baik dan sesuai dengan adat dan kepribadian Indonesia. So menjadi mahasiswa ala sinetron ? kenapa tidak ???

Analisis Hubungan antara Cerpen “Robohnya Surau Kami” dengan Kondisi Sosial Budaya dan Ilmu Bantu Sastra


kali ini bukan catatan hati sih, tapi lebih tepatnya  ini adalah tugas dari dosen Pengantar pengkajian Sastra gue. Dosen pengkajian Sastra gue ada dua loh :o yang ngasih tugas ini namanya pak Sukarjo Waluyo dan yang satunya lagi namanya Pak Redyanto Noor yang mana saat aku mempublish tulisan ini beliau baru saja menjabat menjadi dekan ;)


Analisis Hubungan antara Cerpen “Robohnya Surau Kami” dengan Kondisi Sosial Budaya dan Ilmu Bantu Sastra

wh.jpgIdentitas Cerpen        :
Judul                            : Robohnya Surau Kami
Penulis                         : A.A Navis

Sinopsis                      :
Cerpen ini menceritakan tentang kisah hidup seorang kakek penjaga surau di sebuah desa. Sejak dari usia muda kakek Garin, begitu ia dikenal orang-orang telah mengurus Surau itu. Kakek yang rajin beribadah itu hidup sebatang kara dan hidup hanya mengandalkan pemberian orang kepadanya baik itu yang Cuma-Cuma ataupun sebagai imbalan usaha pengasahan pisau yang dilakoni nya. Selama hidupnya dia pasrah saja kepada yang maha kuasa atas yang terjadi padanya. Sampai akhirnya Ajo sidi datang kepadanya dan menceritakan kisah tentang haji saleh yang ditolak untuk masuk Surga meski dia merasa dia ahli ibadah. Kakek garin merasa tersindir dengan cerita Ajo Sidi sehingga Kakekyang rajin beribadah itu  merasa depresi dan mengakhiri hidupnya dengan menggorok lehernya sendiri dengan Pisau Cukur.
Hubungan Cerpen Ini dengan Kondisi Sosial Budaya yang ada di dalam Masyarakat.
1.      Budaya Masyarakat Indonesia yang Lebih suka merusak daripada merawat fasilitas Umum. Hal ini dipaparkan dalam cuplikan cerpen berikut:
Tapi kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.  Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal roboh. Dan kerobohan itu kian hari kian cepat berlangsungnya. Secepat anak-anak berlari di dalamnya, secepat perempuan mencopoti pekayuannya. Dan yang terutama ialah sifat masa bodoh manusia sekarang, yang tak hendak memelihara apa yang tidak di jaga lagi.
2.      Kondisi Sosial-Budaya Masyarakat yang gemar sekali membual dan mudah mempercayai bualan orang lain. Hal ini dipaparkan dalam cuplikan cerpen berikut:
Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu dia. Dan aku ingin ketemu dia lagi. Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan bualannya yang aneh-aneh sepanjang hari. Tapi ini jarang terjadi karena ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelakupelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya. Ada-ada saja orang-orang di sekitar kampungku yang cocok dengan watak pelaku ceritanya. Ketika sekali ia menceritakan bagaimana sifat seekor katak, dan kebetulan ada pula seorang yang ketagihan menjadi pemimpin berkelakuan seperti katak itu, maka untuk selanjutnya pimpinan tersebut kamin sebut pimpinan katak.


3.      Budaya masyarakat Indonesia yang suka Protes dan berdemonstrasi. Hal ini dipaparkan dalam cuplikan cerpen berikut:
‘Kita protes. Kita resolusikan,’ kata Haji Saleh. 
‘Apa kita revolusikan juga?’ tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner. 
‘Itu tergantung kepada keadaan,’ kata Haji Saleh. ‘Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.’ 
‘Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita perolah,’ sebuah suara menyela. 
‘Setuju. Setuju. Setuju.’ Mereka bersorak beramai-ramai. Lalu mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. 

Hubungan Cerpen ini dengan Ilmu Bantu Sastra
1.      Ilmu Agama/Religi
Kesan saya ketika pertama kali membaca cerpen ini begitu Kental dengan nilai-nilai dalam ajaran Agama yang dikemas dalam bentuk kalimat yang terkesan menyindir namun mampu menggugah kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Mungkin karena dalam cerpen ini tokoh utama nya berprofesi sebagai penjaga sebuah surau dan rajin beribadah. Seperti dalam kutipan cerpen berikut:
"Sedari muda aku di sini, bukan? Tak kuingat punya isteri, punya anak, punya keluarga seperti orang lain, tahu? Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin cari kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, kuserahkan kepada Allah Subhanahu wataala. Tak pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku membunuhnya. Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk. Umpan neraka. Marahkah Tuhan kalau itu yang kulakukan, sangkamu? Akan dikutukinya aku kalau selama hidupku aku mengabdi kepada-Nya? Tak kupikirkan hari esokku, karena aku yakin Tuhan itu ada dan pengasih dan penyayang kepada umatnya yang tawakal. Aku bangun pagi-pagi. Aku bersuci. Aku pukul beduk membangunkan manusia dari tidurnya, supaya bersujud kepada-Nya. Aku sembahyang setiap waktu. Aku puji-puji Dia. Aku baca Kitab-Nya. Alhamdulillah kataku bila aku menerima karunia-Nya. Astagfirullah kataku bila aku terkejut. Masya Allah kataku bila aku kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia terkutuk."


2.      Ilmu Sosiologi
Latar dalam cerpen ini adalah sebuah desa dengan kondisi penduduk yang ramah dan saling tolong-menolong dalam rasa kekeluargaan yang erat menurut pengimajinasian saya. Hal ini tersirat dalam cuplikan cerpen berikut:
Sebagai penajaga surau, Kakek tidak mendapat apa-apa. Ia hidup dari sedekah yang dipungutnya sekali se-Jumat. Sekali enam bulan ia mendapat seperempat dari hasil pemungutan ikan mas dari kolam itu. Dan sekali setahun orang-orang mengantarkan fitrah Id kepadanya. Tapi sebagai garin ia tak begitu dikenal. Ia lebih di kenal sebagai pengasah pisau. Karena ia begitu mahir dengan pekerjaannya itu. Orang-orang suka minta tolong kepadanya, sedang ia tak pernah minta imbalan apa-apa. Orang-orang perempuan yang minta tolong mengasahkan pisau atau gunting, memberinya sambal sebagai imbalan. Orang laki-laki yang minta tolong, memberinya imbalan rokok, kadang-kadang uang. Tapi yang paling sering diterimanya ialah ucapan terima kasih dan sedikit senyum.

3.      Ilmu Psikologi
Kakek Garin, salah satu dari tokoh dalam cerpen ini menurut saya mempunyai jiwa yang labil meskipun pegangan agamanya sudah kuat. Jiwa dan Batinnya begitu bergejolak ketika Ajo Sidi menceritakan kisah tentang Haji Saleh yang kisah hidupnya mirip denganya.
Tapi sekali ini Kakek begitu muram. Di sudut benar ia duduk dengan  lututnya menegak menopang tangan dan dagunya. Pandangannya sayu ke depan, seolah-olah ada sesuatu yang yang mengamuk pikirannya. Sebuah belek susu yang berisi minyak kelapa, sebuah asahan halus, kulit sol panjang, dan pisau cukur tua berserakan di sekitar kaki Kakek. Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan belum pernah salamku tak disahutinya seperti saat itu. Kemudian aku duduk disampingnya dan aku jamah pisau itu.

Kakek Garin juga sebenarnya marah mendengar bualan Ajo sidi. Meski dalam Cerpen ini ia mengingkarinya dan berusaha terlihat bijak.
"Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak karenanya. Sudah begitu lama aku berbuat baik, beribadat, bertawakal kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku menyerahkan diri kepada-Nya. Dan Tuhan akan mengasihi orang yang sabar dan tawakal."