ANALISIS STRUKTURAL KABA RAMBUN PAMENAN



HALAMAN SAMPUL

ANALISIS STRUKTURAL
KABA RAMBUN PAMENAN
 








Disusun Oleh :
    Asa Fiqhia             (13010114120051)




FAKULTAS ILMU BUDAYA
PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

KATA PENGANTAR


Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Sastra Melayu Klasik. Makalah ini berisikan tentang analisis Cerita “Kaba Rambun Pamenan” berdasarkan teori Struktural. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Ken Widyawati, S.S, M. Hum selaku pengampu matakuliah Sastra Melayu Klasik karena telah membimbing dalam awal pembuatan makalah ini, serta terima kasih juga untuk seluruh pihak yang telah membantu, mendukung, serta memberi motivasi sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam pembuatan makalah yang selanjutnya.
Oleh karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi bacaan yang bermanfaat bagi semua.



Semarang, 30 Desember 2015


Penulis



DAFTAR ISI




BAB  I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Sastra  merupakan bagian dari kebudayaan, sehingga bila kita memelihara sastra maka secara tidak langsung kita juga ikut memelihara kebudayaan. Sastra juga merupakan sarana komunikasi, lebih tepatnya sastra merupakan sarana komunikasi antara pengarang dan pembaca, lewat karya sastralah pengarang mengungkapkan ide-ide dan pikirannya kepada pembaca. Sebagai warga negara Indonesia yang merupakan negara besar yang kaya akan budayanya mempertahankan aspek-aspek kebudayaan dalam hal ini sastra daerah amatlah penting. Sastra dapat dijadikan sumber pengalaman berestetika, sumber etika, sumber filsafat, sumber pendidikan dan pengajaran, sumber ilmu pengetahuan, bahkan Nasihat. Sastra merupakan bagian sentral kebudayaan, di dalam karya sastra kita terkandung kearifan nilai-nilai kearifan dan rekaman peradaban suatu bangsa.
 Secara umum kaba merupakan cerita rakyat berbahasa Minangkabau dalambentuk fiksi yang disampaikan dalam bentuk prosa liris (Ahmad, 1979:27). Penceritaan Kaba berfungsi sebagai alat pendidikan budaya dalam rangka mewariskan kearifan nilai-nilai budaya tentang kehidupan dan sebagai hiburan yang menyenangkan bagi masyarakat. Namun sayang pentingnya funsi Kaba itu tidak diimbangi dengan pewarisan atau penurunannya, Kaba sudah jarang diceritakan pada generasi-generasi sekarang. Kira-kira sudah tiga puluh tahun kebelakang intensitas penceritaan Kaba tidak seintensif sebelumnya. Hal ini dikarenakan oleh turunnya peminat Kaba dan juga turunnya penguasaan bahasa daerah oleh masyarakat setempat. Perkembangan seni modern yang sudah masuk jauh kedalam pelosok daerah-daerah juga membuat seni tradisi cenderung di kesampingkan sehingga apresiasi sasta daerah oleh generasi muda makin berkurang dan masyarakat makin jauh dari nilai-nilai budaya daerahnya sendiri.
Keadaan ini tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus karena suatu saat pewarisan nilai-nilai melalui cerita Kaba tidak dikenal lagi dengan demikian nilai-nilao berharga yang ada dalam satra rakyat itu tidak dapat dikembangkan untuk dimanfaatkan bagi kehidupan mendatang (Bakar, dkk 1984:3). Sejatinya keberadaan cerita kaba sebagai produk budaya Minangkabau merupakan objek yang sarat dengan pesan kearifan nilai-nilai budaya. Samovar dan Porter (2001:38) mengatakan bahwa setiap cerita rakyat bercerita tentang orang-orangnya yan digunakan untuk mentransfer nilai budaya dari generasi ke generasi berikutnya, dan setiap budaya memeliki banyak cerita yang menekankan sebuah nilai yang fundamental.
Berdasarkan alasan di atas maka usaha untuk mengeksplorasi sastra melayu klasik dari Minangkabau untuk meneliti kearifan nilai-nilai budaya yang tercermin didalamnya merupakan sesuatu yang bersidat urgen bagi penulis untuk  mengapresiasi kembali nilai budaya yang sudah hidup lama di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemahaman nilai-nilai budaya. Penelitian nilai-nilai budaya Minangkabau dalam kaba dapat dipandang mempunyai keunikan karena terkait dengan filososfi dan pandangan hidup budaya Minangkabau yang khas. Kekhasan itu seperti yang diungkapkan  Naim (1996) bahwa filosofi adat budaya Minangkabau mengandung nilai-nilai universal  dan global yang langgeng seperti terdapat dalam pepatah petitih adat ”tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan.
Berhubung cakupan dan pengungkapan nilai budaya sangat umum, maka dalam tulisan ini nilai-nilai budaya yang akan diacu merupakan nilai-nilai budaya Minangkabau  yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat berdasarkan adat-istiadat, kebiasaan, perbuatan manusia atau tokoh yang secara sadar ditaati dan memberikan harapan membawa kebahagiaan (Djamaris, 1994:17). Nilai-nilai budaya yang dibahas secara garis besar difokuskan pada masalah kearifan nilai budaya dalam hakikat hidup. Untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam cerita, Ratna (2008) mengemukakan sepuluh pendekatan dan tujuh metode yang dapat digunakan dalam penelitian sastra. Dalam penelitian yang telah dilakukan penulis menggunakan pendekatan semiotik sebagai alat pengungkap kearifan nilai-nilai budaya yang dianalisis dari teks kaba dan dinterpretasi secara semiotis. Tujuannya adalah mendeskripsikan dan menginterpretasi kearifan nilai-nilai  budaya Minangkabau dari cerita klasik sesuai dengan kajian semiotik. Hasil yang diharapkan adalah sebuah deskripsi, interpretasi, dan pembahasan nilai-nilai budaya tentang hakikat hidup yang bersumber dari kaba yang dapat memberikan informasi mengenai nilai-nilai budaya Minangkabau.
Hasil pembahasan ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat Indonesia terutama kelompok etnis Minangkabau dalam memahami  nilai-nilai budaya yang terdapat dalam  kaba Minangkabau. Deskripsi dan interpretasi nilai-nilai adat budaya dapat berkontribusi positif dalam berbagai kegiatan hidup, baik secara formal maupun informal. Secara teoretis  kajian ini dapat memperkaya teori-teori tentang nilai-nilai budaya khususnya budaya Minangkabau dan dapat dipakai oleh berbagai kalangan terutama kalangan akademis dan peneliti sebagai sumber dalam kajian budaya. Secara praktis dan akademis hasil penelitian dapat dijadikan sumber materi pembelajaran dalam pendidikan bahasa dan sastra daerah.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaiman Identifikasi Naskah Kaba Rambun Pamenan?
2.      Bagaimana Sinopsis cerita Kaba Rambun Pamenan?
3.      Bagaiman Klasifikasi Naskah Kaba Rambun Pamenan?
4.      Bagaimana hasil analisis Semiotik terhadap naskah Kaba Rambun Pamenan?

C.     Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui rincian identitas naskah Rambun Pamenan
2.      Untuk Mengetahui Sinopsis atau isi cerita dari Kaba Rambun Pamenan
3.      Untuk mengetahui termasuk klasifikasi naskah Kaba Rambun Pamenan
4.      Untuk mengetahui budaya yang berkembang di masyarakat minangkabau pada masa lampau
5.      Untuk melestarikan sastra daerah pada khususnya Kaba Rambun Pamenan

D.    Manfaat Penulisan

1.      Tahu secara mendetail tentang Kaba Rambun Pamenan
2.      Tahu kandungan isi Kaba Rambun Pamenan
3.      Mengerti cerita tentang Rambun Pamenan
4.      Mengetahui tentang budaya masyarakat minangkabau pada masa lampau
5.      Melestarikan sastra melayu klasik khususnya Kaba Minangkabau
6.      Sebagai referensi tentang sastra Melayu klasik di Minangkabau

BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A.     Isi Naskah Rambun Pamenan

1.      Identifikasi Naskah

Judul               : Rambun Pamenan
Penulis : Sutan Mengkudun Ilyas Sutan Pangaduan
Tahun  terbit    : 1992
Penerbit           : Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tempat terbit   : Jakarta
Bahasa            : Indonesia
ISBN              : 9794592412
Kategori          : Cerita Roman

2.        Sinopsis  Puti Linduang Bulan

Di nagari Kampuang dalam , ada seorang raja yang arif bijaksana bernama Angku Datuak Tumangguang dan istrinya Puti Linduang Bulan yang mempunyai rupa sangat cantik. Mereka mempunyai dua orang anak, yang perempuan bernama Rono Pinang dan laki-laki bernama Rambun Pamenan.
Pada saat itu Rono Pinang masih berumur tiga tahun dan adiknya Rambun Pamenan kira-kira berumur dua bulan. Tak lama kemudian Datuak Tumangguang jatuh sakit dan banyak yang berupaya menyelamatkannya, namun apa boleh buat,ajal pun datang menjemput. Tak hentinya Linduang Bulan dan anaknya Rono Pinang menangisi kepergian beliau. Setelah tujuh hari dimakamkan,diadakanlah tahlilan, dan air mata Linduang Bulan tak urung berhenti.
Pindah lah ceritanya pada raja nagari Camin yang bernama Angek Garang, seorang raja yang tidak patut menjadi suri tauladan. Perlakuannya sangat buruk sekali,sangat sadis dan tidak bijaksana. Seorang raja yang belum memiliki istri, ia menginginkan seorang yang sangat cantik. Lalu teringatlah ia pada Puti Linduang Bulan yang sangat cantik.
Raja Angek Garak langsung membulatkan tekadnya untuk menjemput Puti Linduang Bulan mau atau tidak mau. Rajo Angek Garang harus selalu mendapatkan keinginannya. Ia pun berangkat dengan burung Borak nya menyisiri awan dan beberapa bulan setelah itu sampailah Angek Garang di ranah Kampuang Dalam. Mendartlah burung Borak dihalaman rumah Linduang Bulan, lalu dipanggillah Linduang Bulan oleh Rajo Angek Garang untuk turun dan ikut dengannya.
Menangislah Puti Linduang Bulan dan memanggil anaknya Rono Pinang, dikatakannya bahawa ia telah dijemput seorang raja yang tak bisa dilawan dan ibunya mengatakan bahwa ia harus merawat adiknya yang masih bayi dan berpesan kelak untuk menyusul ia kalau Rambun Pamenan sudah besar. Setelas selesai berpakaian , berbicara dengan Rono Pinang dan menyusukan Rambun Pamenan, Linduang Bulan pun pergi dan terbang bersama Rajo Angek Garang menuju nagari Camin, setelah lama mengarungi awan-awan akhirnya mereka pun sampai di nagari yang dipimpin raja sadis itu.
Rajo Angek Garang terus membujuk Linduang bulan, namun Linduang Bulan tetap tidak mau kawin dengannya. Hingga setelah bosan membujuk, Rajo Angek Garang memerintahkan kepada Palimo Taduang dan Palimo Bajau untuk memenjarakan Puti Linduang Bulan. Mereka pun membawa Linduang Bulan untuk dipenjarakan, namun Linduang Bulan meminta waktu untuk menulis surat kepada kedua anaknya tentang kabarnya pada saat itu dan diselipkannya dua cincin. Dan Linduang Bulan menyerahkan surat itu pada Buruang Alang Bangkeh untuak diantarkan ke Kampuang Dalam dan diserahkan pada anaknya.
Beralih cerita pada Rambun Pamenan dan kakaknya, sang kakak sudah dewasa dan Rambun Pamenan sudah menginjak usia kira-kira tujuh tahun, Rambun Pamenan mulai menanyakan Ibu dan Ayahnya, namun kakaknya mengatakan bahwa mereka adalah yatim piatu. Waktupun berlalu, Rambun Pamenan beranjak besar, ia pun meminta pada kakaknya untuk mencarikan seekor balam untuk pergi ke gunung Lenggo, setelah berdebat, akhirnya Rono Pinang pergi ke rumah Puti Dayang Sudah untuk meminjam balam timbago tigo gayo. Sesampai disana awalnya Puti Dayang Sudah tidak mau meminjamkan karena ia mengatakan bahwa itu adalah pusaka dan tidak dapat diperjual belikan maupun disewakan, namun Rono Pinang tetap memohon dan akhirnya mereka membuat kesepakatan bila burung balam nya hilang maka Puti Dayang Sudah ingin ditunangkan dengan Rambun Pamenan, dan Rono Pinang pun menyetujuinya walaupun dengan berat hati. Ia pun menyerahkan burung balam pada adiknya, namun tetap melarang adiknya untuk pergi, tetapi tetap saja keesokan harinya Rambun Pamenan pergi menyusuri hutan dan tak tertahankan tangisan Rono Pinang sepeninggalan adiknya. Sesampai dihutan tersa lapar perut Rambun Pamenan dan akhirnya berhentilah ia dekat sebuah pohon, tak lam setelah itu datanglah seekor elang dan menjatuhkan sebuah surat yang ternyata dari ibunya yang berisi bahwa ibunya masih hidup dan sedang dalam penjara. Rambun Pamenan pun langsung berbalik pulang dan menanyakan yang sebenarnya pada Rono Pinang, lalu dijelaskanlah yang sebenarnya dan akhirnya pun Rambun Pamenan bertekad untuk menjemput ibunya, namun Rono Pinang tidak setuju dengan keputusannya.
Tibalah hari dimana Rambun Pamenan akan pergi menyusul ibunya, ia pun lalu meminta izin pada tunangannya Puti Dayang Sudah, Puti Dayang Sudah pun tidak mengizinkannya untuk pergi, namun seteah lama dirumah Puti Dayang Sudah, Rambun Pamenan pun berangkat dan ia kembali menyinggahi kakaknya dan menanam sebuah bambu dan mengatakan, bila bambu ini layu berarti sedang sakit.
Setelah lama dihutan, sampai tiga tahun ia pun tidak kunjung sampai ke negeri Camin Taruih, hingga ia pun sakitd itengah hutan, ia pun menangis teringat pesan kakak kandungnya.beralilah kabar pada kakaknya yang melihat bambu sudah layu dan menangis tak terbendung meningat adiknya yang sakit di hutan belantara.
Rono Pinang pun menyuruh balam timbago untuk menyusul dan membawa pulang adikknya, dibungkuskanlah obat dan nasi ,setelah tiga bulan mengarungi hutan, ia terkejut melihat Rambun Pamenan yang sedang tersandar lalu diberikannya obat dan nasi, akhirnya sembuhlah Rambun Pamenan dan diajaknya pulang, namun Rambun Pamenan berkata tak ingin pulang sebelum membawa ibunya kembali.
Setelah lama berdebat dengan balam akhirnya Rambun Pamenan melanjutkan perjalanannya dan Balam timbago kembali pulang dan menyampaikan berita baik pada Rono Pinang bahwa adiknya sudah sehat dan ia meminta do`a agar ia bisa selamat dan menemukan mande kanduangnya, Rono Pinang pun senang melihat bambunya kembali berdaun. Sedangkan Puti Dayang Sudah sepergian Rambun Pamena ia menjadi tidak bersemangat, hanya menangis siang dan malam.
Setelah dua tahun kemudian bertemu Rambun Pamenan dengan sebuah pondok yang dihuni peladang yang cukup tua, peladang itu sangat menyayanginya, dan setelah bermalam dan makan disana, Rambun Pamenan meminta izin pada peladang yang dipanggilnya niniak itu untuk melanjutkan perjalanannya, namun niniak sangat berat untuk melepaskan Rambun, hingga akhirnya niniak terpaksa melepaskan, namun sebelum itu diberinya Rambun Pamenan sebuah tongkat sakti yang bernama Manau Sonsang, tongkat ini berkasiat untuk melumpuhkan lawan yang ada diperjlanan, baik manusia, jin,dan binantang buas.
Rambun melanjutkan perjalanannya dan setelas setahun perjalan berlalu, ditengah perjalanan nya ia dihadang seekor naga raksasa, lalu ia ingat pesan  dari niniak tentang tongat ajaibnya, dihunuskanlah tongkat tersebut lalu matilah si naga raksasa, Rambun pun berusaha melanjutkan perjalanan, namun ia tidak bisa karena ia tidak mampu melewati bangkai naga raksasa tersebut, ia pkannya un tertidur di dekat pohon.
Sementara itu diatas pohon berkatalah anak garuda kepada ayahnya yang baru pulang bahwa ada seseorang yang telah menyelamatkan hidupnya karena telah membunuh nag raksasa yang hampir saja memaannya, lalu dikatakan lah oleh anak garuda agar bapaknya membalas kebaikan Rambun Pamenan, akhirnya dibangunkanlah Rambun Pamenan, dan ia sangt terkejut sehingga ia berkata “makan saja aku garuda”, namun garuda raksasa mengatakan bahwa ia akan membalas jasa rambun dengan mengatarkan nya ketempat tujuan.
Mereka pun hendak berangat, sebelum itu garuda menyuruh raksasa untuk memotong tubuh naga menjadi enam bagian sebagai bekalnya diperjalanan nanti, setelah tujuh hari Rambun pun sampai di nagari Camn Taruh, garuda pun mengatakan cukup membakar sehelai bulunya jika Rambun membutuhkan pertolongannya kembali, garuda pun kembali menemui anaknya. Mulailah Rambun menyisiri tempat tersebut hingga akhirnya ada seorang mandeh yang sangat sayang dan menjadikannya nya anak, semua orang disanapun menyukai Rambun Pamenan yang sangat rupawan dan pandai berkata-kata itu. Hingga tibalah waktunya Rambun Pamenan menanyakan dimana penjara tempat ibunya dikurung,lalu dijelaskanlah oleh mandehangkatnya, keesokan harinya Rambun pergi kesana hingga terjadi pertarungan antara Rambun dengantujuh penjaga penjara Rajo Angek Garang, hingga perkelahian pun memperburuk keadaan Rambun, tak lama setelah terbaring teringatlah tongkatnya, ia pun menghunuskannya kepada Palimo Taduang, yakni penjaga yang paling kuat, matilah Palimo Taduang, lalu keenam penjaga lari dan memberi kaba pada Raja nya yang bergelar Rajo Aniayo.
Tak lama kemudian datanglah Rajo Aniayo menghampiri Rambun Pamenan, terjadi pertentangan antar mereka dan akhirnya matilah Rajo Aniayo ditangan Rambun. Dan Rambun memerintahkan para penjaga untuk membuka penjara, alangkah terkejutnya dan sedihnya Rambun Pamenan melihat keadaan mandeh kanduang nya yang sudah seperti mayat hidup, Rambun Pamenan meminta ibu angkatnya untuk mengobati Puti Linduang Bulan. Seteah beberapa lam kejadian itu, penghulu dan perangkat nagari lain meminta Ramun Pamenan untuak menjadi raja, dan akhirnya pun ia menjadi raja dinegri tersebut, setelah beberapa bulan kemudian, Puti Linduang Bulan mulai membaik, ia pun ingin bertemu dengan orang yang menyelamatkannya, lalu dipanggillah Rambun Pamenan yang diberi gelar Rajo Mudo pada saat itu dan Puti Linduang Bulan menanyakan alasan kenapa Rajo Mudo menyelamatkannya, Rajo Mudo pun menceritakan yang sebenarnya, tak terbendung tangis mereka berdua, Rajo Mudo menceritakan bagaimana di bisa sampai kesana, yang diawali dari surat yang dikirim Puti Linduang Bulan, mandeh angkek Rajo Mudo pun menangis dan pergi meninggalkan mereka.
Setiba dirumah mandeh angkek mengatakan kepada Rajo udo kenapa selama ini ia berbohong, Rajo Mudo pun berusaha untuk menenangkannya. Tak lama setelah kejadian itu, Rambun Pamanena berniat untuk kembali ke ranah Kampuang Dalam mengingat nasib kakaknya Rono Pinang yang menanti disana. Setelah negri Camin Taruih mengetahui, mereka mencoba untuk mencegah Rajo Mudo,namun akhirnya Rajo Mudo tak dapat dicegah, hingga perangkat nagari meminta waktu dua bulan untuk menentukan nasib nagari Camin Taruih,dan dua bulan setelah itu ia mengatakan bahwa penggantinya adalah anak dari mandeh angkatnya yakni Sutan Mudo, semua setuju dengan Rajo Mudo, hingga langsung lah diangkat Sutan Mudo menjadi raja yang diberi gelar Si Rajo Mudo.
Keesokan harinya merekapun hendak berangkat, semua melepaskan dengan air mata, begitu juga mandeh angkek dan Sutan Mudo, mereka tak henti meneteskan air mata. Rambun Pamenan meminta kepada dubalang nya untuk memotong tujuh kerbau menjadi empat belas bagian untuk bekal dijalan.setelah selesai makan bersama makan bersama Rambun dan Linduang Bulan Hendak pergi,iabberpamitan kepada semua orang disana, tak tanggung – tangguh kesedihan negri Camin Taruih.
Rambun mulai membakar bulu garuda rasasa, tak lama kemudian burung raksasa itu datang dan mereka mulai mengarungi awan selama kurang lebih tujuh hari sampai lah mereka diutan dekat ranah Kampuang Ranah, Garuda raksasa menurunkan nya disana karena takut bila semua orang melihatnya. Rambun Pamenan dan Ibunya berterimakasih lalu terbanglah garuda raksasa, kembali pada keluarganya.
Merekapun kembali berjalan dan taka lama kemudian sampailah dihalaman rumah, Rambun Pamenan mulai memanggil kakaknya Rono Pinang, namun ia tidak menjawab, hingga Rambun pun pergi melihat kekamarny dan ternyata kakaknya sedang tidur terkulai lemah sambil menangis,mereka saling berpelukan,Rambun mengatakan bahwa ia telah membawa ibunya pulang, kakaknya pun langsung berlari dan menemui ibunya diruang tengah, mereka berdua saling menangis dan berpelukan. Kabar kepulangan Rambun Pamenan dan ibunya tersiar keseluruh negri hingga sampailah kabar itu kepada Puti Dayang Sudah, setelah bersiap Putri pun menghampiri rumah Rambun Pamenan dan alangkah terkejutnya Rambun Pamenan saat melihat keadaan Puti Dyaung Sudah. Ia pun menangis melihat Rono Pinang dan Puti Linduang Bulan, setelah itu mereka pun makan bersama. Setelah itu berkatalah Linduang Bulan bahwa sebaiknya Rambun Pamenan dan Puti Dayang Sudah sebaiknya melangsungkan pernikahannya. Semua warga berbahagia dengan hal itu, mereka sangat bersemangat untuk mempersiapkan pesta pernikahan.
Seiring pula dengan rapat penghulu dan perangkat negri Kampuang Dalam untuk mengisi kedudukan raja yang telah lama kosong, maka diangkatlah Rambun Pamenan sebagai Raja yakni pengganti Datuak Tumangguang bapak nya, semua pun sangat setuju dan bergembira dengan keputusan itu. Ranah Kampuang Dalam sangat berbahagia.

B.      Klasifikasi Naskah Rambun Pamenan Berdasarkan Kandungan Isi

Berdasarkan ceritanya Naskah Rambun Pamenan ini termasuk kedalam cerita Roman  yang berisi Nasihat. Selain berisi nasihat naskah ini juga bisa berfungsi sebagai pelipur lara.

C.     Analisis Naskah Rambun Pamenan Berdasarkan Teori Struktural

1.        Alur

Alur atau Plot dalam cerita Rambun Pamenan ini menggunakan alur maju atau Progresif. Disebut demikian karena tidak ada flashback dalam cerita ini. Diawali dengan cerita tentang Ayah Rambun Pamenan yang jatuh sakit hingga meninggal, Lalu ibunya yang dibawa oleh Rajo Angek Garang. Keseluruhan waktu ceritanya runtut.
Adapun kaidah Pengembangan alur yaitu:
a.       Plausibility (Pembangunan Kepercayaan terhadap tokoh)
b.      Deus ex marchina (munculnya tokoh hero atau dewa penolong)
c.       Foreshadowing (pembayangan)
d.      Surprise
Sesuai kaidah diatas Kaba Rambun Pamenan yang pertama kaidah Plausibillity atau dapat dipercaya dalam cerita ini kita disajikan cerita yang membuat kita percaya bahwa Rambun Pamenan adalah seorang anak dari pemimpin negeri.
Selanjutnya yaitu kaidah dewa penolong/ Deux ex marchina. Yaiitu munculnya seorang peladang tua di hutan yang memberikan Manau Songsan atau tongkat sakti yang bisa digunakan untuk melumpuhkan lawan dari bangsa manapun entah itu Manusia, Jin ataupun Hewan. Pada akhirnya tongkat itu digunakan oleh Rambun Pamenan untuk mengalahkan Raksasa jahat. Selain si peladang tua muncul juga burung garuda yang mengantarkan Rambun Pamenan ke negri Camin yang dipimpin oleh Rajo Angek Garang. Tokoh Mandeh Angkek juga digolongkan sebagai tokoh Hero dalam cerita ini karena ialah yang menampung Rambun Pamenan sesampainya di Negeri Camin.
Berikutnya ada kaidah Foreshadowing atau pembayangan. Adegan yang masuk dalam kaidah ini adalah adegan dimana Rono Pinang yang merupakan kakak dari Rambu Pamenan membayangkan nasib Rambu Pameman  di hutan, Ia memiliki firasat yang buruk ketika melihat pohon bambu yang layu. Dan memang pada saat itu rambu Pamenan sedang sakit. Namun ketika Rambu Pamenan berhasil sembuh bambu itu segar kembali.
Terkahir adalah kaidah Surprise atau kejuatan. Hal yang mengejutkan dalam cerita ini ada di ending cerita yaitu diangkatnya Rambun Pamenan sebagai Raja di Negeri Camin.Rambun Pamenan juga berhasil membebaskan ibunya dari Rajo Angek Garang sehingga membuat kakaknya sangat bahagia.

2.        Penokohan

Berikut tokoh dan Penokohan yang ada dalam Kaba Rambun Pamenan:
a.       Rambun Pamenan
Merupakan tokoh Protagonis utama dalam cerita ini. Dia mempunyai sifat bertanggung jawab, pantang menyerah dan Rendah Hati.
b.      Putri Linduang Bulan
Perempuan cantik, ibu dari Rambun Pamenan yang setia
c.       Rajo Angek Garang
Merupakan Antagonis utama dari Rambun Pamenan. Ia yang menculik ibu dari Rambun Pamenan, ia mempunyai sifat yang keras kepala dan kejam.
d.      Rono Pinang
Tokoh deutragonis yang mendukung Rambun Pamenan, yang selalu menjadi penasihat yang bijak untuk Rambun Pamenan.
e.       Mande Galeh
Tokoh deutragonis yang menampung Rambun Pamenan ketika pertama kali tiba di negeri Camin.
f.        Peladang Tua
Kake-kakek bijak yang memberikan tongkat sakti kepada Rambun Pamenan.
g.       Garuda
Burung raksasa yang mengantarkan Rambun Pamenan ke Negeri Camin.
h.       Raksasa
Tokoh kontagonis suruhan Rajo Angek garang untuk mengalahkan Rambun Pamenan.
i.         Putri Dayang sudah
Figuran yang berperan sebagai istri dari Rambun Pamenan.


3.        Setting

a.       Latar Waktu
Pada jaman dahulu ketika masa pemerintahan Rajo Angek Garang. kala itu bumi masih berisi makhluk-makhluk mitos seperti raksasa dan garuda raksasa.
b.      Latar Tempat
Negeri Kampuang dalam
Hutan Rimba
Negeri Camin
c.        Latar Suasana
Awal cerita Sedih
Pertengahan cerita penuh konflik yang menegangkan
Akhir cerita berakhir dengan bahagia

4.        Tema

Tema dalam cerita ini adalah perjuangan.

5.        Amanat

·        Kita harus tetap menghadapi masalah sepahit apapun itu
·        Kita tidak boleh putus asa seberat apapun masalah yang kita alami
·        Jika kita memiliki niat baik, Tuhan pasti akan selalu menolong kita
·         Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan pula
·        Jangan pernah melupakan perbuatan baik (pertolongan) seseorang kepada kita
·        Setiap orang jahat akan mendapatkan balasan yang setimpal
·        Tidak selamanya kejahatan dapat berkuasa
·        Usaha yang dilakukan dengan tekun akan membuahkan hasil yang baik
·        Apa yang kita tanam, maka itulah yang akan kita petik
·        Penantian pasti akan ada ujungnya
·        Semua orang akan menyayangi kita bila kita selalu bersikap dan berbuat baik juga kepada orang lain
·        Dan kita harus percaya kepada Tuhan yang selalu menolong kita dimanapun kita berada
·        Pengorbanan seorang ibu tidak akan bisa terbalaskan
·        Selalu ingat pesan orang tua



BAB III KESIMPULAN

KESIMPULAN
Kaba Rambun Pemenan menceritakan tentang perjalan hidup Rambun Pamenan. Ia memiliki seorang kakak bernama Rono Pinang, mereka berdua adalah keturunan seorang raja. Namun sayang ayah Rambun Pamenan meninggal karena sakit ketika ia masih berumur dua bulan. Ia dan kakaknya pun menjadi anak yatim. Ibunya yang bernama Putri Linduang Bulan memiliki Paras yang amar cantik. Sehingga seorang Raja yang bernama Rajo Angek Garang jatuh cinta kepadanya. Rajo Angek Garang hendak mengawini Putri Linduang Bulan namun Putri Linduang Bulan menolaknya. Karena ditolah Rajo Angek Garang pun membawa paksa Putri Linduang Bulan. Hal ini tentu membuat Rambun Pamenan dan Kakaknya merasa sangat sedih.
Putri Linduang Bulan yang bersikeras tidak mau dikawini oleh Raja Angek garang akhirnya dipenjara. Sebelum dipenjara ia sempat menulis surat kepada anaknya yang ia kirimkan melalui burung alang bangkeh. Mengetahui ibunya dipenjara Rambun Pamenan bersikeras menjemput ibunya, Kakaknya melepas kepergiannya dengan berat hati. Berbagai rintangan berhasil dilalui Rambun pinang dalam perjalanan menyusul ibunya. Setelah mengalahkan Rajo Angek Garang ia pun diangkat oleh rakyat Camin menjadi raja. Ia pun bisa kembali ke kampung halaman bersama ibunya. Dan tinggal kembali bersama kakak perempuannya.


DAFTAR PUSTAKA


Mengkudun Ilyas, Sutan. 1992. Rambun Pamenan. Jakarta: Pusat Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa, Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan
Noor, Redyanto. 2010. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada  
University Press