Asa Fiqhia
13010114120051
Kelas B
Analisis
Intertekstual Puisi
TAPI
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resah padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padmu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!
(Sutardji Calzoum Bachri)
"Aku ingin mencintamu dengan
sederhana"
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada
api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
kepada hujan yang menjadikannya tiada
(Sapardi Djoko Damono)
Sutardji
Calzoum Bahri dan Sapardi Djoko Damono adalah sastrawan yang sama-sama lahir di
awal tahun empat puluhan. Keduanya sama-sama sudah aktif menulis sejak usia
muda, kedua penulis juga sama-sama mahir dalam menuliskan puisi dengan
kata-kata yang manis dan menyentuh, akan tetapi mereka berdua memiliki
ketertarikan yang berbeda dalam mencari objek untuk menuliskan puisi mereka.
Sutardji kebanyakan menuliskan tentang feminisme dan sastra wangi sedangkan
Sapardi kebanyakan menuliskan tentang romantisme dan kisah kasih Cinta. Saya
akan mencoba membandingkan kedua puisi di atas karena menurut saya kedua puisi
tersebut memiliki persamaaan yaitu sama-sama menceritakan tentang cara
mencintai atau mengungkapkan rasa cintanya kepada seseorang.
Dalam puisi
Tapi milik Sutardji bisa diartikantentang seseorang yang sangat-sangat
mencintai seseorang sampai-sampai ia rela menyerahkan segala yang ia punya. Hal
ini dapat dibuktikan dengan setiap bait yang ada awalnya “aku bawakan...”
disini tokoh aku ingin membuktikan rasa cintanya yang termat mendalam dengan
mencoba membawakan bunga, resah, darah, mimpi, duka, mayat, arwah, Jika
dilogika memang sanagat berlebihan dan tidak masuk akal, tapi itu membuktikan
bahwa rasa cinta tokoh aku bukanlah hal yang sederhana. Berbeda dengan
Sutardji, Sapardi Djoko Damono seakan-akan mencoba menjawab puisi itu lewat
puisi berjudul “aku ingin” Ia berpendapat bahwa cara menunjukan rasa cinta ke
seseorang itu tidak perlu berlebihan. Kita mungkin hanya cukup menunjukan perhatian
kepada orang yang kita cintai, meski kadang orang yang kita cintai itu tidak
sadar bahwa kita memperhatikan mereka.
Untuk peranan
tokoh dalam kedua puisi ini sama-sama menggunakan tokoh aku. Namun nasib tokoh
aku di kedua puisi ini berbeda. Dalam puisi milik Sutardji tokoh aku di
gambarkan sangat mencintai tokoh kau, tokoh aku sangat terang-terangan dalam
menunjukan rasa cintanya kepada tokoh kau. Tokoh kau mungkin tahu bahwa tokoh
aku sangat-sangat mencintainya. Akan tetapi dalam puisi ini sepertinya tokoh
kau tidak pernah puas terhadap apa yang diberikan tokoh aku. Disini tokoh aku
seperti tunduk dibawah tokoh kau. Sedangkan nasib tokoh aku dalam puisi milik sapardi
digambarkan mencintai tokoh kamu secara diam-diam. Tokoh aku tidak mengatakan
secara langsung kepada tokoh kamu, ia hanya memberikan isyarat kepada tokoh
kamu.