hai hai hai
setelah sekian lamanya lama nggak nulis di blog
akhirnya dapat wangsit juga buat nulis seseuatu di blog yang pengunjungnya
tidak seberapa ini. btw terimakasih sosiolinguistik, terimakasih dialektologi,
dan tetntunya tak ketinggalan terimakasih pula Linguis Historis Komparatif
berkat kalian titik kejenuhanku telah terakumulasi sampai ke tahap maksimal
sehingga melahirkan tulisan tak bermutu ini :v sekedar info pada saat tulisan ini
dibuat aku masih berstatus sebagai mahasiswa semester 6 jurusan bahasa dan
sastra indonesia. Oke nggak penting
Di semester ini orang-orang akan mulai menanyaimu
pertanyaan-pertanyaan horor seperti:
#HororLevelSatu
“Gimana? Udah mulai nulis Skripsi?”
“Target lulus delapan semester jadi kan?”
#HororLevelDua
“Kapan Lulus?”
“Kapan Wisuda?”
#HororLevelTiga
“IP dan IPK semester ini masih bisa terselamatkan
kan?
“Mau langsung kerja atau lanjut S2?”
#HororLevelDewa
“entar kalau udah lulus mau kerja dimana?”
semester 6 adalah semester dimana kamu terjebak di
sebuah lembaga pendidikan yang bernama kampus. Dilanjut sakit ditinggal kesanya
nanggung. Semester dimana kamu sering berkhayal kamu menemukan tas kresek
berisi jutaan rupiah di jalanan yang sepi, tapi tentu itu mustahil karena pada
akhirnya kamu harus bertindak layaknya para ahli ekonomi yang lihai dalam
membuat perhitungan dana untuk Beli buku-buku pengantar di Awal semester, Biaya
Hidup di tanah Rantauan, Kebutuhan mendadak (Hape rusak misalnya L), Biaya KKL, Persiapan biaya buat KKN, dsb. Semester
dimana kamu akan mulai terpincang-pincang menyelesaikan lemparang tugas-tugas
dari dosen yang memborbardir semangat lulus tepat waktumu. Semester di mana
mahasiswa jawa berkata:
“ahhh kapan luluse?” (bagi mahasiswa Jomblo)
“ahh pingin ndang pingin tag tinggal nikah wae”
(bagi mahasiswa mapan atau mahasiswi yang punya pacar mapan) #Nahloh
Sorry!!! Mahasiswa jomblo dilarang baper!!!!
Ya sudahlah segini aja yang nulis masih baper
#nahloh
Nggak mutu ya?
Nyesel kan bacanya?
Oke maafkan
Bye