By : Asa Fiqhia
Part
I
: Tentang Sahabat
Cericit
burung masih terdengar dari atas pepohonan di pinggir jalan. Udara pagi ini
tidak terlalu panas, tapi mentari bersinar terang. Langit cerah berwarna
kebiru-biruan di hiasi awan-awan kecil yang putih seputih kapas. Disana-sini
terlihat orang2 sedang menjemur pakaian
mereka. Pagi ini hari minggu jam 09.00 pagi ku posisikan tubuku pada
posisi start jongkok. Di kanan-kiriku ada kedua sahabatku juga sedang dalam
posisi start jongkok hendak lari sprint.
“siaapppp...????”
tanya Ibaz yang ada di sebelah kiriku.
Aku dan sahabatku
yang ada di sebelah kananku mengangguk secar bersamaan tanda kami berdua sudah
siap.
“1...2...3....
mulaiii....” kata Ibaz bersemangat.
Tapp kutolakkan kakiku ke aspal tempat ku
berpijak saat start sekuat mungkin.
Srtt...srrttt aku berhasil lari dengan kecepatan maksimalku menandingi Ibaz
yang seorang juara spinter seprovinsi. Jantungku nampak sekali bekerja ekstra
sangat keras memompa oksigen ke tubuhku. Namun aku tidak sampi ngos-ngosan,
nafasku masih bisa kuatur dengan baik. Berbeda sekali dengan Ibaz, meskipun dia
slah satu sprinter andalan di sekolahku nampaknya dia sudah kepayahan, dadanya
yang bidang tampak naikmturun menahan napas.tapi tetap saja aku juga kewalahan
menyeimbangi posisinya nampak sekali langkah dari kaki jenjangnya otomatis
mengalahkan aku dan temanku yang satunya lagi yang kini sudah tidak kelihatan
batang hidungnya.
Rumah Anne
tinggal beberapa langkah lagi dan gedubrrraakkkk
“hah...hah...hah...
sorry sob kali ini gue menang lagi” kata Ibaz dengan gaya sok cool, walau ia
baru saja menabrak pintu rumah Anne yang tanpa pagar. Aku hanya diam saja,
pura-pura cuek. Ku luruskan kakiku di lantai beranda rumah Anne yang berkeramik
coklat bermotif kayu. Sementara ibaz juga masih tepar duduk bersandar pada pintu rumah Anne. Tak berapa lama
kemudian tampak Hilmy yang sejak tadi ku tunggu-tunggu sedang berlari. Melihat
hilmy berlari sungguh membuatku ingin tertawa tubuh nya yang gemuk tampak
bergoyang kesana-sini mengikuti kecepatan dia berlari. Begitu tiba di rumah
Annedia langsung menggelosorkantubuh gempal nya ke lantai. Ibaz bangkit lalu
menepuk pundak Hilmy sambil berkata
“
Ndut gue menang lagi kan J”
kata Ibaz tersenyum bangga memamerkan gigi nya yang gingsul tak beraturan
“ahh kalau lari
terus kapan gue menangnya” kata Hilmy sambil memmanyunkan bibirnya.
“wee... suka-suka gue donk kemarin
yang menang kan gue, lombanya mau lari, lompat, renang, hak-hak gue donk
kemarin gue yang menang” kata Ibaz diakhiri dengan menjulurkan lidahnya.
“ahh songong loe”
kata Ibaz kesal
“
wah ndut sewot...,, gak pa pa si ndut sekalian diet” kataku mencoba mengikuti
pembicaraan mereka.
“appa ??? loe
bilang Hilmy gendut ? loe buta ya Jo ?”
Aku dan Hilmy
sama-sama terdiam kali ini wajah Ibaz kelihatan serius.
“Hilmy tuh nggak
gendut tauk, Cuma dia lagi tahap menuju ke gembrot aja” lanjut Ibaz enteng.
“hahahaha ada ada aja loe baz :D”
kataku sambil memegangi perutku yang sakit karena baru lari langsung tertawa
terbahak-bahak.
“ihh Ibaz gitu
dehh” kata Hilmy manja dengan gaya ala Ivan gunawan
“idich koq mendadak jadi kayak
lekong, hush hush enyahlah kau lekong gendut dari hadapanku” Kata Ibaz smabil
memposisikan tanganya seperti sedang mengusir ayam.
“tuh kan Ibaz
ngegemesin, jadi kepengen meluk” kata Hilmy sambil membuka kedua tangannya
lebar lebar, sambil mendekati Ibaz.
“Ogahhh...”
teriak Ibaz sambil menangkis tangan Hilmy, mencoba untuk menghindar dari
pelukan Hilmy. Tapi terlambat kali ini gerakan Hilmy lebih cepat sehingga dia
berhasil memeluk tubuh Ibaz yang Cungkring.
“gimana...???
tubuh Hilmy enak kan kalau dipeluk” kata Hilmy sambil memeluk tubuh Ibaz
erat-erat. Tentunya dengan ekspresi wajah yang super iiuuuuhhh...
“gila... lepasin gue ndut,
uhukh-uhukh dada guejadi sesek” berontak Ibaz sambil mencoba melepaskan pelukan
Hilmy. Sementara aku tertawa sampai guling gara2 melihat kelakuan mereka.
Tiba-tiba kreetttt.... terdengar suara daun pintu rumah Anne di
buka. Di baliknya berdiri seorang wanita paruh baya. Yang langsung menatap Ibaz
dan Hilmy dengan tajam. Mata sipit nya sungguh lekat memandangi Ibaz dan Hilmy
dari ujung Kaki sampai Ujung jambul mereka yang disisir klimis dengan minyak
rambut.
“Assalamualaikum
Ammy” sapaku seramah mungkin
“waalaikum salam Juanda,
ngomong-ngomong mereka berdua normal kan ???” jawab Ammy singkat, sambil
mengacungkan jarinya ke arah Ibaz dan Hilmy.
“hmmpphhh...” aku
benar benar tidak bisa menahan tawa saat melihat ekspresi kedua sahabatku itu
yang langsung berhenti bergerak ketika Ammy membukakan pintu. Dan kini mereka
malah ribut sendiri melepaskan pekukanya masing-masing
“normal koq Ammy,
si Gendut nih Ammy yang nggak normal, ngeliat Ibaz yang ganteng dan kerenya
sejagad raya, Langsung kumat deh jiwa lekongnya.
“iuuhhh gue masih normal
kallee....uppsss” kata ibaz dengan gaya alay persis seperti wendi cagur di TV.
“tuh kan Ammy,
udah lekong, Alayyers komplit banget kan gajenya”
“Ammy, Ammy percaya kan sama Hilmy”
kata Hilmy dengan wajah memelas
“iyyaa... Ammy
percaya koq” kata Ammy keibuan.
“weksss.... tuh kan baz, ini
merupakan tanda awal kalau gue direstuin sama Ammy buat jadi menantunya” kata
Hilmy smabil menjulurkan lidahnya.
Ammy hanya geleng
geleng kepal dibuat mereka berdua
“oiiiyya Ammy,
Anneke nya ada?” tanyaku mengakhiri konflik
“iyya ada, baru aja selesai mandi,
nne...Anne ada temen2 kamu nih” teriak Ammy ke dalam rumah.
“iyyya Ammy”
datang Anne tergopoh-gopoh dengan sisir merah jambu di tanganya. Rambutnya
masih basah dan belum di sisir sempurna.
“eh
Anne, koq baru mandi sih ?” tanya Hilmy
“ehh iyya habis
minggu sih kak, jadi males kalu mandi pagi hehe J,emangnya kak
Hilmy udah mandi ?”
“oh ya udah donk, diantar kita bertiga
Cuma Ibaz aja yang belom mandi. Kecium kan baunya, uadah kayak kambing di rumah
pak dhe nya Jojo” kata Hilmy smabil melirikke arah Ibaz.
“yee... kan
ceritanya mau keringet2 jadi nanggung kalu mandi dulu, and sekalian mau numpang
mandi di rumah nya Anne gitu”
“hihi.. kak Ibaz
ada ada aja deh” kata Anne tertawa kecil membuat pipinya yang putih bening
menjadi sedikit kemerahan.
“oh iyya, silahkan masuk” Kata Ammy
mempersilahkan kami bertiga masuk ke rumahnya.
Kami bertiga pun
masuk, aku dan Hilmy langsung duduk di sofa putih di ruang tamu, sementara Ibaz
langsung nyelonong kebelakang hendak menumpang mandi.
Tiba dari lubuk
hatiku seperti ada yang ingin ku utarakan. Ku tepuk pundak Hilmy yang sedang
asyik bermain Ipad di tanganya.
“ada apa Jo’ “
tanya Hilmy kepada ku.
“ Cuma ingin tanya, sejak kapan sih kita bertiga
seakrab ini “ kataku balik nanya.
“kalau gue sama
loe sih emang dari SD udah bareng terus kan, kalau Ibaz sih dulu aku juga kenal
dari loe pas waktu kelas VII SMP karena dia satu kelas sama loe”
“menurut loe persahabtan kita bakal
pecah nggak ndut” tanyaku lagii
“apaan sih loe
jo’, pertanyaan loe kayak cewek tau nggak, apapun yang terjadi persahabatan
kiata nggak akan terpisah, kita selalu menghabiskan waktu bersama baik itu susah, senang, sedih, kaya, melarat,
kita selalu bersama. Yah walaupun kenyataanya gue sering bertengkar sama Ibaz
itu bukan berati gue benci ataupun sentimen sama Ibaz, justru karena gue
ngerasa kalau kita itu sudah menjadi satu, lebih dari keluarga gue sendiri” terang
Hilmy
“lagi pada
ngomongin apa sih ? serius amat” kata Ibaz mengagetkan kami berdua. Karena
tiba-tiba saja muncul dari belakang.
“baz,menurut loe kita berdua ini
siapa loe sih ?” tanyaku langsung to the point
“loh koq aneh..,,
kalian ini adalah sahabat gue yang paling baikk sedunia, Ndut suka traktir
makan kalau gue lagi bokek, Jojo suka ngebantuin gue ngebuat PR.kalian berdua
snagt melengkapiku, persis kayakk.....” Ibaz terdiam tiba-tiba
“kayak apa...”
tanyaku curiga
“kayak....mmmmm....kayak
pembantu gue. Hahahah :D” jawab Ibaz enteng
“ahhh sudah
kuduga” kataku, sambil melirik ke arah Hilmy untuk memberi isyarat. Tampaknya
Hilmy sigap dia langsung mengambil bantal di sofa dan menggebukkanya ke
Ibaz,begitu juga aku.
“huuhhh sialan luh” kata Hilmy kesal
“aa...ampun...ampun,
gue sayang banget sama kalian berdua” kata Ibaz setelah kami menghentikan
serangan bantal kami. Aku dan Hilmy saling berpandangan “hahahhahhaha...” kami
tertawa terbahak bahak.
“wehhh... malah
ketawa” kata Ibaz sambil memegangi lengan kami dan memandang aku dan Hilmy
secara bergantian.
“ndut, minta
minyak rambutnya lagi donk....” kata Ibaz kepada Hilmy
“hah....” aku dan Hilmy kembali
saling berpandangan, sama-sama kaget. “hahahahahaaha.....” aku dan Hilmy
kembali tertawa
“tuh kan ketawa
lagi....,,, apanya yang lucu ?ikut ketawa aja ahh...hahahahhahahaa”
Akhirnya kami
bertiga pun tertawa bersama-sama meneriakkan kegembiraan. Menikmati indahnya pershabtan di antara kita.
Aku pun dapat menyimpulakan bahwa ”seorang
sahabat itu bukanlah orang yang selalu bisa menghiburmu dikala kamu sedih, tapi
sahabat itu adalah orang yang bahagia
ketika kamu juga bahagia dan sahabat itu adalah orang pertama yang anti
membuatmu sedih dan terluka”.