Analisis Drama “Pada Suatu Hari” Karya Arifin C. Noer



I.         Resensi
A.    Sinopsis
Drama ini bercerita tentang sepasang kakek-nenek yang mengalami konflik dalam kehidupan rumah tangga. Suatu ketika setelah acara ulang tahun mereka digelar, Datang Nyonya Wenas seorang janda seksi berkunjung ke kediaman pasangan itu, nyonya Wenas datang berkunjung bermaksud untuk meminta maaf kepada kakek dan nenek karena tidak bisa hadir diacara yang mereka gelar itu. Nenek seketika marah dan merasa kesal, karena yang nenek tahu nyonya Wenas tidak diundang oleh nenek dan kakek untuk hadir ke acara ulang tahun pernikahan mereka. Nyonya Wenas yang ternyata adalah mantan kekasih kakek menjadi penyebab utama kemarahan nenek kepada kakek. Nenek yang saat itu sedang merasa kesal, bertambah kesal karena seketika Joni menghidangkan minuman susu dingin yang diketahui bahwa minuman itu adalah kesukaan Nyonya Wenas. Tanpa pikir panjang, nenek saat itu juga meminta bercerai kepada kakek. Dengan segala cara kakek memohon agar dimaafkan dan agar nenek menarik kembali perkataannya tapi nenek tetap kuat dengan apa yang telah dilontarkannya.
Nenek dan kakek bertengkar hebat, tiba-tiba datang Nita yang merupakan anak tertua nenek dan kakek berkunjung menemui kedua orang tuanya. Nita hanya terdiam mendengar dan melihat pertengkaran nenek dan kakek. Dan Novia adik Nita datang dengan membawa pakaian-pakaiannya. Novia yang ternyata juga sudah meminta cerai kepada suaminya karena cemburu berlebih kepada pasien suaminya itu. Karena, tidak mau rumah tangga anaknya rusak. Nenek mengingatkan Novia untuk tidak mengambil keputusan secara tiba-tiba, dan memikirkan kembali demi masa depan anak-anaknya. Seolah tidak ada masalah apapun nenek menasehati Novia agar tidak bercerai dengan kakek. Akhirnya masalah di antara nenek dan kakek terhapus begitu saja karena anaknya Novia.

B.     Kelebihan Drama
Drama ini menyajikan isu yang unik yaitu tentang problematika kehidupan rumah tangga ketika memasuki masa tua. Kata perceraian seakan begitu mudah dikatakan dalam drama ini. Lewat tokoh nenek kita dapat belajar bahwa terkadang kita harus memikirkan segala sesuatunya dengan kepala dingin dan juga melihat suatu masalah tidak hanya dengan satu sisi.

C.     Kekurangan Drama
Banyak sekali nama-nama yang disebut dalam drama ini namun tidak memiliki peran yang penting seperti Vita (suami novia), Meli dan Feri (anak-anak Novia), Icih (Pasien Vita). Jadi mungkin jika drama ini dipentaskan toko-tokoh tersebut hanya akan sekedar numpang lewat.

D.    Sasaran
Drama ini cocok dijakdikan bacaan atau tontonan keluarga. Drama ini juga bisa dijadikan pembelajaran bagi suami-istri untuk saling percaya dan menyayangi satu sama lain.

II.         Hubungan Drama dengan unsur-unsur drama
A.    Alur : Maju
1.      Eksposisi
-Adegan romantis kakek-nenek ketika merayakan ulang tahun pernikahan mereka

2.      Konflik
-Muncul tamu tak diundang (nyonya wenas) yang bersikap genit kepada kakek dan menatap sinis ke arah nenek

3.      Komplikasi
-Tamu tak diundang tersebut adalah mantan pacar kakek
-Joni/Pesuruh menghidangkan susu dingin kepada Nyonya Wenas karena ia tahu dari kakek bahwa itu minuman kesukaan nyonya wenas
4.      Klimaks
-Nenek cemburu sampai-sampai minta cerai dari kakek

5.      Resolusi
-Novia anak tertua kakek-nenek datang menceritakan keluh kesah keluarganya
-Nenek menasehati Novia
-Setelah menasehati Nenek tersadar bahwa nasihatnya itu bahkan bisa untuk dirinya sendiri

B.     Tokoh
1.      Protagonis        : Kakek (Jujur, Bijaksana, Romantis)
  Nenek (Romantis, Pencemburu, keras kepala)
  Novia (Pencemburu, mudah curiga, keras kepala)
2.      Tritagonis         : Nita (Bijaksana)
3.      Antagonis         : Nyonya Wenas (Penyindir, Penggoda) 
4.      Kontagonis       : Pesuruh (Amanat, Jujur, Pelupa)

C.     Latar
1.      Tempat : Di rumah kakek Nenek
2.      Waktu   : Setelah pesta pernikahan kakek-nenek usai
3.      Suasana            : Tegang penuh perdebatan dan sindiran

D.    Tema: Romantika Keluarga
E.     Amanat: Jangan pernah mengambil keputusan saat kita sedang dikuasai amarah

Analisis Drama “Mangir” Karya Pramoedya Ananta Toer




I.            Resensi Drama
A.    Sinopsis
Drama ini menceritakan sebuah tempat bernama Mangir. Tidak seperti daerah lainnya di kerajaan Mataram, Mangir merupakan daerah Perdikan atau daerah bebas pajak pada masa kekuasaan Panembahan Senopati. Karena hal ini Panembahan Senopati dibuat sedikit geram sehingga berencana untuk menakhlukan daerah Mangir. Panembahan Senapati menggunakan berbagai cara seperti politik, ideologi, dan juga kekerasannya untuk memeperoleh kekuasaan tunggal atas Mangir bahkan dengan mengorbankan Putrinya sendiri yaitu Pambayun. Dalam drama Mangir ini, Panembahan Senapati menjebak Ki Ageng Mangir dan dengan segala caranya akhirnya ia berhasil membawa Ki Ageng Mangir ke Kerajaan Mataram. Maksud dan tujuan Panembahan Senapati mengundang Ki Ageng Mangir adalah untuk membunuhnya berserta prajurit Perdikan Mangir. Panembahan Senapati akhirnya berhasil membunuh Ki Ageng Mangir, bahkan di depan Putrinya sendiri yang tidak lain adalah istri dari Ki Ageng Mangir dan memperoleh kekuasaan tunggal atas Mangir.

B.     Kelebihan Drama
Penggambaran Intrik dan Konflik Perebutan kekuasaan begitu detail dan seru. Agaknya drama ini berisi sindiran kepada para penguasa yang haus akan kekuasaan dan memandang sinis kepada lawan-lawan politisnya. Drama ini juga cukup enak dibaca, tidak terlalu banyak kata-kata yang sulit atau simbol-simbol sehingga memudahkan kita untuk memahami ceritanya.

C.     Kekurangan Drama
Banyak adegan dan toko-tokoh yang menurut saya percuma dan terkesan tidak terlalu mempengaruhi jalan cerita. Tidak digambarkan bagaimana latar sosial dan ekonomi di daerah Mangir meskipun yang menjadi inti pokok dalam cerita ini adalah perebutan kekuasaan Mangir.

D.    Sasaran
Drama ini cocok untuk semua kalangan, banyak sekali unsur-unsur sejarah dalam drama ini, ya walaupun banyak yang menyimpang dari fakta sejarah. Drama ini bahkan masih cocok diceritakan kepada anak-anak untuk pendidikan karakter kepemimpinan dengan syarat bahasanya diperhalus lagi.

II.        Hubungan Drama dengan unsur-unsur drama
A.    Alur : Maju
1.      Eksposisi
-Adegan dibuka oleh baru Klinting yang sedang mengasah tombaknya
-Baru Klinting bercakap-cakap dengan Suriwang

2.      Konflik
-Suriwang memberi tahu Baru Klinting tentang rencana Panembahan Senopati untuk menguasai Mangir
-Baru Klinting menyatakan siap memperjuangkan Mangir agar tetap menjadi tanah yang merdeka

3.      Komplikasi
-Datang Kimong utusan dari kerajaan Mataram
-Setelah diinterogasi akhirnya Kimong ketahuan bahwa dia adalah antek-atek mataram

4.      Klimaks
-Datang para Demang ke Mangir
-terjadi adu mulut antara pihak Mataram dan Mangir
-terjadi perkelahian

5.      Resolusi
-Para Demang kalah berdebat


B.     Tokoh
1.      Protagonis        : Wanabaya
  Baru Klinting
2.      Tritagonis         :Ki Ageng Mangir
Dewi Purbaningsih
Suriwang
 Tumenggung Mandaraka
3.      Antagonis         : Panembahan Senopati
  Ki Ageng Pamanahan
 Pangeran Purbalaya
4.      Kontagonis       : Kimong
Tumenggung Jagaraga
Tumenggung Pringgalaya
Demang Pajang
Demang Jodog
Demang Pandak
Demang Pantalan

C.     Latar
1.      Tempat : Mangir
2.      Waktu   : Pada masa kerajaan Mataram dikuasai Panembahan Senopati
3.      Suasana            : Penuh semangat berapi-api

D.    Tema: Perebutan Kekuasaan
E.     Amanat: Keserakahan dan Ambisi justru bisa menghancurkan tujuan kita sendiri